srijeda, 16. prosinca 2009.

subota, 26. siječnja 2008.

TuHanTu: A Living Myth?




Sumber : ART4SOUL
------------------------------------------------
TUHANTUnama-Nya menjadi hantudi lidah yang panas menyemburkan apiSawangan, 7 - 11 Desember 2007Urip Herdiman K
Sumber: URHEKA PROJECT
-------------------------------------------
Bubble talk ... i wake up super early on a sunday morning, before the break of dawn ... do u noe that tuhantu = tuhan and hantu? hahaha...funny. sunday - now? ...
Sumber: SNOWIE AESTHETIQUES
--------------------------------
kembali ke masalah sastra..ada yg tahukah puisi yg kira2 bunyinya gini..TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhanTuhan TuhanTusuku kata penutupnya justru adalah tu..interpretasinya gimana si sebenernya..selama ini sy menganggap ini sebagai sebuah paradox yg disajikan oleh si penulis di mana Tuhan dan Hantu itu kadang berbatas tipis.. (ngaco bgt yah..??)
Sumber: IKASTARA.ORG
---------------------------------------
May FUN be with you...
TuHanTu
http://hole-spirit.blogspot.com/

utorak, 8. siječnja 2008.

TUHANTU (Memburu Kaki Pelangi)


TUHANTU
(Memburu Kaki Pelangi)

Srce diam diam selalu mengunci diri dalam kamar istana batunya setiap habis hujan... Apalagi kalau bukan untuk menikmati pemandangan terlarang: Pelangi!

Pada saat yang sama, setiap habis hujan, Gassing teman main 'dende-dende' Si Srce, mendapat tugas dari ayahnya yang Ketua KKTH (Kelompok Konsumen Tuhan Hujan) Tugas itu adalah memburu dan mencari dimana 'kaki pelangi' untuk menghantarkan persembahan dari masyarakat KKTH kepada Tuhan Hujan. Mereka yakin bahwa Tuhan Hujan mengirim 'jembatan' warna-warni untuk keperluan persembahan itu...

Jadilah Si Gassing jogging kiri-kanan mencari dimana 'kaki pelangi' itu... Persis ketika saat itu, si Srce menikmati 'pemandangan terlarang' versi KKTG. (Kelompok Konsumen Tuhan Gunung)


Sesembahan yang dibawa oleh Gassing untuk disimpan di bawah kaki Pelangi adalah berupa kue Lumpia khusus dipesan dari lembah Kawah Ijen. di tengah-tengah hutan yang selalu hujan terdapat seorang Mpu ahli yang membuat Lumpia. Kue ini berabad-abad kemudian lalu dikenal oleh masyarakat MakaStar dengan sebutan Kanrejawa atau Kanrejaha atau makanan dari Jawa. (Masyarakat Sulsel tak punya sebutan khusus tentang kue. Berjenis-jenis kue tradisional punya nama tersendiri, seperti Apangparanggi, Putucangkiri, Tari-taripang, dll. Tapi untuk sebutan kue, disebut Kanrejawa atau Kanrejaha.:-)

Suatu ketika Gassing kelelahan, karena sudah berhari-hari, dari sejak sang ayah menyuruhnya untuk mencari dimana 'kaki pelangi' tetapi dia selalu dan selalu gagal menjalankan order itu, sehingga suatu ketika, dia sangat kelelahan sekaligus kelaparan!

Selanjutnya dia menemukan batu besar di bawah sebuah pohon beringin raksasa. Karena kelaparan dia lalu mengunyah apa saja dedaunan yang ada di sekitarnya. Hingga bosan memakan dedaunan tersebut, dia terus merasa lapar akibat bau harum kue Lumpia dalam bungkusan yang digendongnya. Untuk menahan godaan tersebut, setiap menahan rasa ngiler, dilampiaskannya dalam bentuk tulisan pada batu besar tersebut... Oo Lumpia!... Oo Lumpia...

Beratus-ratus kata itu ditulisnya, sebelum kemudian dia nekat menulis Oo Lumpia Deh! Maka segera dia membuka bungkusan yg digendongnya lalu, disikatlah Lumpia itu semua hingga ludes! ( Apakah Pembaca pernah berfikir dari mana orang Yunani kuno dulu dapat ide Olympiade?... Itu gara-gara ulah Si Gassing, menyikat habis kue Lumpia!)

Setelah kenyang, dia lalu panik! Tapi Gassing tak kehabisan akal, tak ada Lumpia, Daun Sirihpun jadi. Dan diapun membuat sayembara kepada anak anak lainnya. Sayembara itu berjudul "Memburu Jembatan Tuhan… Rebutlah Mahkota Daun Sirih!" .

Sayembara itu beredar ke seantero Negri, dimana selain banyak anak-anak yang merasa dirinya kuat, terdapat pula mereka anak-anak itu yang hanya mencari popularitas dan recognition sebagai pelarian dari identitas diri mereka yang terasa hampa. Ada juga diantara mereka yang memang begitu penasaran dengan adanya kemungkinan untuk merasa dekat atau -bahkan- mereka bisa bertemu dengan sosok legendaris pencipta bencana sekaligus membuat orang-orang tua mereka kecanduan... Tuhan!

Berita sayembara itu juga sampai ke telinga ayah si Gassing, Ketua KKTH. Tak ayal lagi, ayahnya itu merasa heran, dan segera mengirim utusan untuk mencari sumber informasi, benarkah sayembara itu berasal dari anaknya sendiri? Kalau betul, sang ayah perlu penjelasan logis-rasional mengapa sayembara itu perlu untuk diadakan. Kalau perlu alasan itu harus lebih logis dari alasannya sendiri mengapa hujan dia konsumsi sebagai Tuhan!

Berselang beberapa waktu lamanya, para utusanpun akhirnya menemukan dimana Gassing terduduk merindukan seseorang yang diam-diam dikaguminya, Srce. Gassingpun lalu digiring menemui ayahnya.

Ketika dalam perjalanan dikawal oleh para utusan, otaknya berputar untuk mendapatkan alasan karena dia tahu watak ayahnya. Tapi, Gassing adalah tipe yang bisa memanfaatkan keadaan segenting apapun untuk segera diputar balik menjadi keadaan yang menguntungkan dirinya. Ini mungkin cikal bakal dari ParaDogma tentang paradigma sipting-siptingan yang biasa dijajakan para Motivator berabad-abad kemudian.

"Biarkan mereka lebih dekat dengan Tuhannya, ayah..." Demikian dalih Gassing kepada ayahnya sewaktu mengajukan proposalnya. Ya! Ternyata kegentingan itu bisa diputar balik dengan satu kalimat pamungkas: proposal!

Dan kemudian dia -Gasing- diam diam menemui Srce sehabis main dende dende...

"Jangan beritahu yang lain, saya capek untuk cari tau dimana itu kaki pelangi". Keluh si Gassing.
Srce tercengang "Saya sendiri capek untuk dilarang melihat pelangi oleh ayah... Seandainya saya yang mendapat tugasmu itu... Gassing?" Ujar Srce sedih mengingat wajah geram ayahnya ketika melarang untuk melihat 'barang haram' itu.

Setiap Srce kepergok menikmati 'barang haram' itu, Ayahnya membentak dengan suara tertahan agar tidak didengar tetangga, sambil mata ayahnya melihat... Lebih dari itu: menatap pelangi agak lama… Entah dengan maksud memperjelas bagaimana 'haramnya' pemandangan itu atau mungkin menikmatinya, sembunyi-sembunyi.
Yah! Ketika menyebut 'barang haram' mata ayahnya tertuju ke jendela: ke Pelangi!

Bersambung…

TUHANTU (Paraga-Pakarena-Gamussu)

... Pada waktu tertentu, ummat manusia berhasil menaikkan tingkat konsumtifnya ke Model Tuhan berbentuk manusia. Berselang beberapa waktu yang singkat, model berganti lagi. Malah dengan proses yang revolusioner, Tuhan Manusia dikorbankan. Karena manusia adalah tetap manusia yang kadang tidak manusiawi. Sebagian dari mereka (seperti moyangnya dulu) mengganti lagi model Tuhan ke model yang paling mutakhir: Tanpa Bentuk.

Demikian ummat manusia di bumi menukar-ganti model Tuhan, dari benda langit, benda mati, benda panas, benda dingin, binatang, batu, patung, manusia campur binatang, tanaman campur api, manusia, dan terakhir: Tuhan Tanpa Bentuk. Namun, semuanya membawa cerita yang sama dari dulu: BEREBUT KEBENARAN...
---------
Penggalan di atas adalah kutipan dari akhir tulisan berjudul:
MANUSIA - KONSUMERISME DAN MODEL MODEL TUHANNYA... ( diposting 5 Februari 2005 di Blinkz.Com)

TUHANTU

Sebelum kita lanjut, kita 'kilas balik' dulu ke zaman 'rekiplik 3' dimana para konsumen Tuhan Gunung dan konsumen Tuhan Hujan membuat banyak pertikaian...

Pada era itu, ada sekelompok anak anak manusia yang 'ogah' membeli produk berbentuk Tuhan Gunung dan Tuhan Hujan, atau dengan model apapun. Karena mereka tidak berminat ikut meramaikan even serta ritual tawuran, mereka kemudian mencari bentuk konsumsi lainnya…

Dari waktu ke waktu, zaman ke zaman, kelompok inilah yang menjadi cikal bakal manusia modern memiliki ke-5 dewa Millenium saat ini...
Sekarang ini mereka 'Moyang' para 'anak ingusan' itu menjadi detailer perusahaan berjudul 'PT. Sumber Daya Semesta'.

Ceritanya bermula ketika beberapa anak kecil menonton keramaian even tawuran konsumen Tuhan Gunung dan Tuhan Hujan… Orang tua mereka berada diantara tawuran tersebut.

---------------------

Lelah dengan cerita kehebatan masing masing orang tua mereka, yang tak bosan bosannya mengumbar kisah heroik bagaimana mereka para ortu berjuang mempertahankan sifat dan sikap konsumtif mereka terhadap masing masing Tuhan, diam-diam kelompok anak masih bau kencur itu lalu membuat 'poros tengah' yang kemudian berlabel Klub 'Pakarena,' Klub 'Gamussu'dan Klub 'Paraga.'

Awalnya 'poros' ini bertitel 'Fraksi Ingusan' semacam Organisasi Tanpa Bentuk, dengan aksi protes 'pasif' dalam bentuk coret moret di pohon pohon. Huruf yang mereka gunakan masih berbentuk simbol simbol, belum secanggih kita saat ini. Mungkin semacam 'grafiti' kalau dibandingkan era kita saat ini. Apakah aksi coret moret di pohon itu bisa disebut: Demonstrasi? Aksi yang lagi trend dikalangan mahasiswa mahasiswa kalau ada pemerintah yang nggak beres, atau kalau ada yang sekedar nyumbang nasi bungkus? Saya rasa tidak, karena waktu itu, waktu berdirinya 'Fraksi Ingusan', si Plato mungkin masih berwujud Arwana (fisik) di Nirwana (spirit) sana (*) ...

Waktu bergulir, kisah kisah heroik ortu mereka setiap habis tawuran semakin menjadi jadi, dengan durasi jam tayang berita makin panjang. Para anak ingusan itu mulai merasakan bahwa ortu mereka sudah terlalu 'konsumtif'!
'Konsumerisme Tuhan!' Itu julukan para anggota 'fraksi ingusan' terhadap prilaku ortu mereka.

Keesokan harinya setiap habis mendengarkan 'Dunia Dalam Derita' yang membosankan itu -maklum anak anak itu belum wajib belajar karena: Tidak ada sekolah- Maka waktu mereka habis berkumpul secara sembunyi sembunyi setiap orang tua mereka pergi tawuran. (Emangnya kalian fikir dari mana W. Shakepeare mendapat ide menulis Romeo and Juliet yang terkenal itu?) Dan akibat kongko-kongko itu, aksi coret moret kelompok kelompok kecil diantara mereka semakin solid.

Suatu ketika, zaman pertengahan era rekiplik 3, pada sebuah pohon ada tertulis,
"Visi Rekiplik 4: Cinta adalah 'software' Untuk mengenal diri sendiri, manusia dan alam semesta. That is what Tuhan's all about" Srce dan Pakarena.
Di pohon yang agak jauh kedalam, juga terdapat tulisan agak kasar
" Tuhan adalah teman setia dalam membawa kehancuran dan bencana" Pore dan Gamussu!
Agak ketengah dengan posisi tersembunyi masih ada beberapa, diantaranya
" NoT-NoW: No Tuhan-No Wars" Gassing dan Paraga.
Tulisan tulisan lainnya masih banyak, tetapi keempat thema diatas yang mewarnai platform setiap kelompok kecil diantara mereka.

Kelompok anak kecil itu mengambil nama 'pakarena' yang berarti 'pemain, penari' yang termotivasi oleh 'rasa, perasaan, feeling'. '
Gamussu' memiliki arti 'muram, cemberut' sebuah ekspressi wajah yang menggambarkan 'protes' dan termotivasi oleh 'berfikir, filosofis, ideologis'. Coba perhatikan sekitar pembaca, kalau ada teman atau keluarga yang selalu berfikir, atau cendrung dia itu filsuf, umumnya wajah mereka sering cemberut... Gamussu!
Sedangkan 'Paraga' berarti juga 'pemain, penari' tetapi lebih termotivasi oleh 'aksi, kerja, laku, doing.'

Masing masing kelompok mempunyai pula ketua, Klub 'Pakarena' diketuai oleh Si 'Srce', 'Gamussu' diketuai oleh Si 'Pore,' sedangkan 'Paraga' diketuai oleh Si 'Gassing'.


Si Srce adalah anak dari kepala bagian perbatuan, Si Pore anak ketua kelompok 'Tuhan Gunung' dan si Gassing adalah anak ketua kelompok Tuhan Hujan. Ada satu anak yang cukup pintar tetapi berfungsi sebagai 'konsultan' dan tidak tampil dipermukaan karena dia anak dari ketua kelompok Tuhan Tikus, yang dianggap murtad... Namanya Si 'Pajokka', artinya 'tukang jalan'.

Nama nama klub bentukan anak anak ini diambil dari sebuah daerah yang masuk kategori 'antah berantah' bernama 'Makastar.' Sebuah daerah yang pernah dikunjungi oleh orang tua 'Pajokka' dalam rangka sembunyi dari kejaran 'CIA'-nya kelompok Tuhan Gunung.

Kisah Lahirnya Poros Tengah

Srce adalah gadis lemah lembut dan disukai banyak teman, baik laki laki maupun perempuan. Suatu hari ayahnya yang Kepala Bagian Perbatuan dari Komunitas Konsumen Tuhan Gunung selanjutnya kita sebut (KKTG) pulang dari menghukum gantung seorang yang murtad karena tidak mengkonsumsi Tuhan Gunung, tetapi mengkonsumsi -katanya- Tuhan Warna: Pelangi. Digambarkan bagaimana 'untaian warna warni' itu -seenak lengkungnya- bertengger diantara dua gunung! Ujung satu kaki pelangi itu di Gunung Latimojong dan satu lagi ujungnya di Gunung Sljeme! Pada kesempatan lain, satu kakinya di Gunung Semeru yang lain di Gunung Rocky!

Terkesan oleh cerita itu, si gadis melongok ke jendela untuk sekedar mengkonfirmasi cerita ayahnya,sementara sang ayah berada di dalam kamar kerjanya untuk berdiskusi dengan Ketua KKTG meminta 'petunjuk' apa yang sedang terjadi.

"Ini adalah cobaan saudaraku... Cobaan selalu datang dalam bentuk misterius dan tak terduga... Kadang bentuk cobaan itu adalah keindahan dan kesenangan... Seperti yang sedang terjadi saat ini: Cobaan! Jadi saudaraku, sebagai Kepala Bagian Perbatuan, saya 'fatwa'kan bahwa kita memerlukan satu batu khusus untuk menulis: "Adalah siksa neraka bagi mereka yang melihat, menikmati, merasakan dan menyenangi warna warni di langit, itu adalah cobaan!"... Di dalam kamar kerja, Sang Kepala Bagian Perbatuan manggut manggut, tetapi kepalanya tidak tenang, terlintas dalam benaknya untuk mengkonsumsi 'langit' sebagai Tuhan, tetapi dia tidak punya nyali untuk itu...
Dia lebih senang untuk menikmati status-nya: Kepala Bagian Perbatuan KKTG... Cukup keren koq.. Beberapa hari kemudian, 3 potong daging kelinci asap diantar oleh seseorang pemuda bernama 'Posta'.

(Kep. Bag. Perbatuan KKTG setara dengan Dept. Agama sekarang. Berapa besar keuntungan yang diraup oleh Departemen itu setiap habis mengurusi soal soal keagamaan, terutama soal Haji?)

(*) Tertulis pada sebuah prasasti pra-sejarah di dusun Maegacule, bahwa kemungkinan Plato dulunya adalah Arwana di Nirvana yg turun ke bumi, sehingga itulah mengapa ikan jenis Arwana -selain karena langka- harganya sangat mahal)
..................................

Bersambung...