utorak, 8. siječnja 2008.

TUHANTU (Memburu Kaki Pelangi)


TUHANTU
(Memburu Kaki Pelangi)

Srce diam diam selalu mengunci diri dalam kamar istana batunya setiap habis hujan... Apalagi kalau bukan untuk menikmati pemandangan terlarang: Pelangi!

Pada saat yang sama, setiap habis hujan, Gassing teman main 'dende-dende' Si Srce, mendapat tugas dari ayahnya yang Ketua KKTH (Kelompok Konsumen Tuhan Hujan) Tugas itu adalah memburu dan mencari dimana 'kaki pelangi' untuk menghantarkan persembahan dari masyarakat KKTH kepada Tuhan Hujan. Mereka yakin bahwa Tuhan Hujan mengirim 'jembatan' warna-warni untuk keperluan persembahan itu...

Jadilah Si Gassing jogging kiri-kanan mencari dimana 'kaki pelangi' itu... Persis ketika saat itu, si Srce menikmati 'pemandangan terlarang' versi KKTG. (Kelompok Konsumen Tuhan Gunung)


Sesembahan yang dibawa oleh Gassing untuk disimpan di bawah kaki Pelangi adalah berupa kue Lumpia khusus dipesan dari lembah Kawah Ijen. di tengah-tengah hutan yang selalu hujan terdapat seorang Mpu ahli yang membuat Lumpia. Kue ini berabad-abad kemudian lalu dikenal oleh masyarakat MakaStar dengan sebutan Kanrejawa atau Kanrejaha atau makanan dari Jawa. (Masyarakat Sulsel tak punya sebutan khusus tentang kue. Berjenis-jenis kue tradisional punya nama tersendiri, seperti Apangparanggi, Putucangkiri, Tari-taripang, dll. Tapi untuk sebutan kue, disebut Kanrejawa atau Kanrejaha.:-)

Suatu ketika Gassing kelelahan, karena sudah berhari-hari, dari sejak sang ayah menyuruhnya untuk mencari dimana 'kaki pelangi' tetapi dia selalu dan selalu gagal menjalankan order itu, sehingga suatu ketika, dia sangat kelelahan sekaligus kelaparan!

Selanjutnya dia menemukan batu besar di bawah sebuah pohon beringin raksasa. Karena kelaparan dia lalu mengunyah apa saja dedaunan yang ada di sekitarnya. Hingga bosan memakan dedaunan tersebut, dia terus merasa lapar akibat bau harum kue Lumpia dalam bungkusan yang digendongnya. Untuk menahan godaan tersebut, setiap menahan rasa ngiler, dilampiaskannya dalam bentuk tulisan pada batu besar tersebut... Oo Lumpia!... Oo Lumpia...

Beratus-ratus kata itu ditulisnya, sebelum kemudian dia nekat menulis Oo Lumpia Deh! Maka segera dia membuka bungkusan yg digendongnya lalu, disikatlah Lumpia itu semua hingga ludes! ( Apakah Pembaca pernah berfikir dari mana orang Yunani kuno dulu dapat ide Olympiade?... Itu gara-gara ulah Si Gassing, menyikat habis kue Lumpia!)

Setelah kenyang, dia lalu panik! Tapi Gassing tak kehabisan akal, tak ada Lumpia, Daun Sirihpun jadi. Dan diapun membuat sayembara kepada anak anak lainnya. Sayembara itu berjudul "Memburu Jembatan Tuhan… Rebutlah Mahkota Daun Sirih!" .

Sayembara itu beredar ke seantero Negri, dimana selain banyak anak-anak yang merasa dirinya kuat, terdapat pula mereka anak-anak itu yang hanya mencari popularitas dan recognition sebagai pelarian dari identitas diri mereka yang terasa hampa. Ada juga diantara mereka yang memang begitu penasaran dengan adanya kemungkinan untuk merasa dekat atau -bahkan- mereka bisa bertemu dengan sosok legendaris pencipta bencana sekaligus membuat orang-orang tua mereka kecanduan... Tuhan!

Berita sayembara itu juga sampai ke telinga ayah si Gassing, Ketua KKTH. Tak ayal lagi, ayahnya itu merasa heran, dan segera mengirim utusan untuk mencari sumber informasi, benarkah sayembara itu berasal dari anaknya sendiri? Kalau betul, sang ayah perlu penjelasan logis-rasional mengapa sayembara itu perlu untuk diadakan. Kalau perlu alasan itu harus lebih logis dari alasannya sendiri mengapa hujan dia konsumsi sebagai Tuhan!

Berselang beberapa waktu lamanya, para utusanpun akhirnya menemukan dimana Gassing terduduk merindukan seseorang yang diam-diam dikaguminya, Srce. Gassingpun lalu digiring menemui ayahnya.

Ketika dalam perjalanan dikawal oleh para utusan, otaknya berputar untuk mendapatkan alasan karena dia tahu watak ayahnya. Tapi, Gassing adalah tipe yang bisa memanfaatkan keadaan segenting apapun untuk segera diputar balik menjadi keadaan yang menguntungkan dirinya. Ini mungkin cikal bakal dari ParaDogma tentang paradigma sipting-siptingan yang biasa dijajakan para Motivator berabad-abad kemudian.

"Biarkan mereka lebih dekat dengan Tuhannya, ayah..." Demikian dalih Gassing kepada ayahnya sewaktu mengajukan proposalnya. Ya! Ternyata kegentingan itu bisa diputar balik dengan satu kalimat pamungkas: proposal!

Dan kemudian dia -Gasing- diam diam menemui Srce sehabis main dende dende...

"Jangan beritahu yang lain, saya capek untuk cari tau dimana itu kaki pelangi". Keluh si Gassing.
Srce tercengang "Saya sendiri capek untuk dilarang melihat pelangi oleh ayah... Seandainya saya yang mendapat tugasmu itu... Gassing?" Ujar Srce sedih mengingat wajah geram ayahnya ketika melarang untuk melihat 'barang haram' itu.

Setiap Srce kepergok menikmati 'barang haram' itu, Ayahnya membentak dengan suara tertahan agar tidak didengar tetangga, sambil mata ayahnya melihat... Lebih dari itu: menatap pelangi agak lama… Entah dengan maksud memperjelas bagaimana 'haramnya' pemandangan itu atau mungkin menikmatinya, sembunyi-sembunyi.
Yah! Ketika menyebut 'barang haram' mata ayahnya tertuju ke jendela: ke Pelangi!

Bersambung…

Nema komentara: