utorak, 8. siječnja 2008.

TUHANTU (Paraga-Pakarena-Gamussu)

... Pada waktu tertentu, ummat manusia berhasil menaikkan tingkat konsumtifnya ke Model Tuhan berbentuk manusia. Berselang beberapa waktu yang singkat, model berganti lagi. Malah dengan proses yang revolusioner, Tuhan Manusia dikorbankan. Karena manusia adalah tetap manusia yang kadang tidak manusiawi. Sebagian dari mereka (seperti moyangnya dulu) mengganti lagi model Tuhan ke model yang paling mutakhir: Tanpa Bentuk.

Demikian ummat manusia di bumi menukar-ganti model Tuhan, dari benda langit, benda mati, benda panas, benda dingin, binatang, batu, patung, manusia campur binatang, tanaman campur api, manusia, dan terakhir: Tuhan Tanpa Bentuk. Namun, semuanya membawa cerita yang sama dari dulu: BEREBUT KEBENARAN...
---------
Penggalan di atas adalah kutipan dari akhir tulisan berjudul:
MANUSIA - KONSUMERISME DAN MODEL MODEL TUHANNYA... ( diposting 5 Februari 2005 di Blinkz.Com)

TUHANTU

Sebelum kita lanjut, kita 'kilas balik' dulu ke zaman 'rekiplik 3' dimana para konsumen Tuhan Gunung dan konsumen Tuhan Hujan membuat banyak pertikaian...

Pada era itu, ada sekelompok anak anak manusia yang 'ogah' membeli produk berbentuk Tuhan Gunung dan Tuhan Hujan, atau dengan model apapun. Karena mereka tidak berminat ikut meramaikan even serta ritual tawuran, mereka kemudian mencari bentuk konsumsi lainnya…

Dari waktu ke waktu, zaman ke zaman, kelompok inilah yang menjadi cikal bakal manusia modern memiliki ke-5 dewa Millenium saat ini...
Sekarang ini mereka 'Moyang' para 'anak ingusan' itu menjadi detailer perusahaan berjudul 'PT. Sumber Daya Semesta'.

Ceritanya bermula ketika beberapa anak kecil menonton keramaian even tawuran konsumen Tuhan Gunung dan Tuhan Hujan… Orang tua mereka berada diantara tawuran tersebut.

---------------------

Lelah dengan cerita kehebatan masing masing orang tua mereka, yang tak bosan bosannya mengumbar kisah heroik bagaimana mereka para ortu berjuang mempertahankan sifat dan sikap konsumtif mereka terhadap masing masing Tuhan, diam-diam kelompok anak masih bau kencur itu lalu membuat 'poros tengah' yang kemudian berlabel Klub 'Pakarena,' Klub 'Gamussu'dan Klub 'Paraga.'

Awalnya 'poros' ini bertitel 'Fraksi Ingusan' semacam Organisasi Tanpa Bentuk, dengan aksi protes 'pasif' dalam bentuk coret moret di pohon pohon. Huruf yang mereka gunakan masih berbentuk simbol simbol, belum secanggih kita saat ini. Mungkin semacam 'grafiti' kalau dibandingkan era kita saat ini. Apakah aksi coret moret di pohon itu bisa disebut: Demonstrasi? Aksi yang lagi trend dikalangan mahasiswa mahasiswa kalau ada pemerintah yang nggak beres, atau kalau ada yang sekedar nyumbang nasi bungkus? Saya rasa tidak, karena waktu itu, waktu berdirinya 'Fraksi Ingusan', si Plato mungkin masih berwujud Arwana (fisik) di Nirwana (spirit) sana (*) ...

Waktu bergulir, kisah kisah heroik ortu mereka setiap habis tawuran semakin menjadi jadi, dengan durasi jam tayang berita makin panjang. Para anak ingusan itu mulai merasakan bahwa ortu mereka sudah terlalu 'konsumtif'!
'Konsumerisme Tuhan!' Itu julukan para anggota 'fraksi ingusan' terhadap prilaku ortu mereka.

Keesokan harinya setiap habis mendengarkan 'Dunia Dalam Derita' yang membosankan itu -maklum anak anak itu belum wajib belajar karena: Tidak ada sekolah- Maka waktu mereka habis berkumpul secara sembunyi sembunyi setiap orang tua mereka pergi tawuran. (Emangnya kalian fikir dari mana W. Shakepeare mendapat ide menulis Romeo and Juliet yang terkenal itu?) Dan akibat kongko-kongko itu, aksi coret moret kelompok kelompok kecil diantara mereka semakin solid.

Suatu ketika, zaman pertengahan era rekiplik 3, pada sebuah pohon ada tertulis,
"Visi Rekiplik 4: Cinta adalah 'software' Untuk mengenal diri sendiri, manusia dan alam semesta. That is what Tuhan's all about" Srce dan Pakarena.
Di pohon yang agak jauh kedalam, juga terdapat tulisan agak kasar
" Tuhan adalah teman setia dalam membawa kehancuran dan bencana" Pore dan Gamussu!
Agak ketengah dengan posisi tersembunyi masih ada beberapa, diantaranya
" NoT-NoW: No Tuhan-No Wars" Gassing dan Paraga.
Tulisan tulisan lainnya masih banyak, tetapi keempat thema diatas yang mewarnai platform setiap kelompok kecil diantara mereka.

Kelompok anak kecil itu mengambil nama 'pakarena' yang berarti 'pemain, penari' yang termotivasi oleh 'rasa, perasaan, feeling'. '
Gamussu' memiliki arti 'muram, cemberut' sebuah ekspressi wajah yang menggambarkan 'protes' dan termotivasi oleh 'berfikir, filosofis, ideologis'. Coba perhatikan sekitar pembaca, kalau ada teman atau keluarga yang selalu berfikir, atau cendrung dia itu filsuf, umumnya wajah mereka sering cemberut... Gamussu!
Sedangkan 'Paraga' berarti juga 'pemain, penari' tetapi lebih termotivasi oleh 'aksi, kerja, laku, doing.'

Masing masing kelompok mempunyai pula ketua, Klub 'Pakarena' diketuai oleh Si 'Srce', 'Gamussu' diketuai oleh Si 'Pore,' sedangkan 'Paraga' diketuai oleh Si 'Gassing'.


Si Srce adalah anak dari kepala bagian perbatuan, Si Pore anak ketua kelompok 'Tuhan Gunung' dan si Gassing adalah anak ketua kelompok Tuhan Hujan. Ada satu anak yang cukup pintar tetapi berfungsi sebagai 'konsultan' dan tidak tampil dipermukaan karena dia anak dari ketua kelompok Tuhan Tikus, yang dianggap murtad... Namanya Si 'Pajokka', artinya 'tukang jalan'.

Nama nama klub bentukan anak anak ini diambil dari sebuah daerah yang masuk kategori 'antah berantah' bernama 'Makastar.' Sebuah daerah yang pernah dikunjungi oleh orang tua 'Pajokka' dalam rangka sembunyi dari kejaran 'CIA'-nya kelompok Tuhan Gunung.

Kisah Lahirnya Poros Tengah

Srce adalah gadis lemah lembut dan disukai banyak teman, baik laki laki maupun perempuan. Suatu hari ayahnya yang Kepala Bagian Perbatuan dari Komunitas Konsumen Tuhan Gunung selanjutnya kita sebut (KKTG) pulang dari menghukum gantung seorang yang murtad karena tidak mengkonsumsi Tuhan Gunung, tetapi mengkonsumsi -katanya- Tuhan Warna: Pelangi. Digambarkan bagaimana 'untaian warna warni' itu -seenak lengkungnya- bertengger diantara dua gunung! Ujung satu kaki pelangi itu di Gunung Latimojong dan satu lagi ujungnya di Gunung Sljeme! Pada kesempatan lain, satu kakinya di Gunung Semeru yang lain di Gunung Rocky!

Terkesan oleh cerita itu, si gadis melongok ke jendela untuk sekedar mengkonfirmasi cerita ayahnya,sementara sang ayah berada di dalam kamar kerjanya untuk berdiskusi dengan Ketua KKTG meminta 'petunjuk' apa yang sedang terjadi.

"Ini adalah cobaan saudaraku... Cobaan selalu datang dalam bentuk misterius dan tak terduga... Kadang bentuk cobaan itu adalah keindahan dan kesenangan... Seperti yang sedang terjadi saat ini: Cobaan! Jadi saudaraku, sebagai Kepala Bagian Perbatuan, saya 'fatwa'kan bahwa kita memerlukan satu batu khusus untuk menulis: "Adalah siksa neraka bagi mereka yang melihat, menikmati, merasakan dan menyenangi warna warni di langit, itu adalah cobaan!"... Di dalam kamar kerja, Sang Kepala Bagian Perbatuan manggut manggut, tetapi kepalanya tidak tenang, terlintas dalam benaknya untuk mengkonsumsi 'langit' sebagai Tuhan, tetapi dia tidak punya nyali untuk itu...
Dia lebih senang untuk menikmati status-nya: Kepala Bagian Perbatuan KKTG... Cukup keren koq.. Beberapa hari kemudian, 3 potong daging kelinci asap diantar oleh seseorang pemuda bernama 'Posta'.

(Kep. Bag. Perbatuan KKTG setara dengan Dept. Agama sekarang. Berapa besar keuntungan yang diraup oleh Departemen itu setiap habis mengurusi soal soal keagamaan, terutama soal Haji?)

(*) Tertulis pada sebuah prasasti pra-sejarah di dusun Maegacule, bahwa kemungkinan Plato dulunya adalah Arwana di Nirvana yg turun ke bumi, sehingga itulah mengapa ikan jenis Arwana -selain karena langka- harganya sangat mahal)
..................................

Bersambung...

Nema komentara: